見出し画像

Young Love Friction

genre: highschool, fluff
one-sided? sungchan x chenle

🍀


Shotaro tidak sadar jika sedari tadi mulutnya terbuka seperti orang bingung. Ia yakin telah mendengar dengan seksama, tapi ia tidak yakin jika ia tengah mencerna dengan benar penjelasan yang diberikan teman sekelasnya, Jung Sungchan.



"Lalu apa yang harus kulakukan selama jadi pacar bohonganmu?"



Pemuda jangkung bersurai cokelat gelap di hadapannya memangku dagu menggunakan telapak tangan kiri. Memiringkan kepala, "Kau pernah pacaran sebelumnya?"



Jika ia akan diejek setelah memberikan jawaban, Shotaro berjanji akan menantang Sungchan berkelahi duluan.



"Belum."



"Aku juga belum." Itu respon yang tidak terduga, "Tapi kita bisa belajar dari drama atau komik atau yah, biasa saja seperti ini. Asal kita selalu terlihat bersama."



"Ng?" Satu alis Shotaro terangkat.



"Ayolah, bantu aku, Taro."



"Tapi... tidakkah ini terlalu jahat? Membohongi Chenle-"



Sungchan memotong, "Hanya untuk memancing rasa cemburunya saja. Asal kita tidak berbuat hal yang keterlaluan di depannya, ia akan baik-baik saja."



Kedengaran tidak terlalu berbahaya. Tapi tunggu, "Apa untungnya untukku? Aku tidak mau dicap sebagai perusak hubungan orang lain."



Sungchan meloncat turun dari meja yang sedari tadi ia duduki dan menghampiri lebih dekat tempat di mana Shotaro duduk, menarik satu kursi kosong ke sampingnya sebelum menaruh pantatnya di sana.



Gurat senyum samar tersemat di bibir Sungchan, "Tenang saja, tidak akan ada yang berpikiran begitu."



"Tidak semua orang insensitif sepertimu," lawan Shotaro. Jika niatannya membantu hanya akan membawa musibah lebih baik ia berhenti sampai di sini.



Tapi Sungchan tampak teramat pantang untuk menyerah, "Kalau ini berhasil, selanjutnya giliran aku yang akan membantumu mendapatkan Lucas-sunbae."



Mendengar nama crushnya disebut, Shotaro mengangkat badannya dari sandaran kursi. Raut wajahnya berubah kaget, dan agak tersipu.



"Huh?"



"Siapa bilang aku tidak peka atau insensitif?" Sungchan menyeringai tipis, seperti menantang. Ia meraih tangan kanan Shotaro secara paksa dan menyalaminya sepihak. "Deal! Mohon bantuannya."



"Aku belum bilang 'YA'!"



Sungchan terkekeh kecil dan mengacak rambut hitam remaja yang mulai sekarang akan menjadi partner romantis palsunya itu sebelum keluar dari kelas dengan seenak hati.



. . .



"Kalau kita terlihat sudah keterlaluan seperti membuat Chenle marah atau menangis, aku akan segera memutuskanmu di depannya," terang Sungchan.



"Oi, oi, kita kan cuma pacaran bohongan, tidak perlu juga ada adegan putus. Tinggal bilang saja kalau kau bercanda untuk membuatnya cemburu. Lagi pula kenapa kau yang harus memutuskanku? Kenapa tidak aku yang memutuskanmu?!" Shotaro tidak terima.



Murid-murid lain yang berseliweran di koridor mencoba menjaga fokus pandang mereka agar terhindar dari dua anak lelaki yang tengah berdebat di depan pintu kelas 2-C. Beberapa dari mereka merasa terganggu tapi tidak sebanyak yang cukup menikmati, terutama bagi kaum hawa yang sepertinya memang perlu sedikit lebih banyak asupan penyemangat pagi hari dengan adanya dua cowok tinggi dan manis tersebut.



Sadar mereka sedang diperhatikan, Shotaro merapatkan diri ke tembok. Sungchan menengok ke kanan dan kiri sambil mengecilkan suara. "Pokoknya minimalisir akting yang mencurigakan."



Si pemuda Jepang menarik nafas panjang, menahan sebentar di paru-parunya sebelum melepaskan dengan setenang yang ia bisa. Kenapa jadi gugup begini?



Setelah menunggu kurang dari sepuluh menit, yang mereka tunggu pun datang. Zhong Chenle, muncul dengan senyum tipis tersungging di bibir mungilnya. Biasanya ia dan Sungchan selalu berangkat maupun pulang sekolah bersama, tapi tumben hari ini sahabat karibnya itu berkata ingin berangkat lebih pagi. Ada urusan, katanya tadi.



"Selamat pagi," sapa Chenle.



"Selamat pagi, Chenle." Shotaro berusaha tidak kaku. Ia tidak kenal dekat dengan Chenle, hanya sekedar tahu dan mereka pernah melakukan dance project bersama sekali, itu saja. Semoga ia tidak terlihat mencurigakan di mata Chenle.



"Pagi, Chenle." Lensa mata Sungchan berbinar-binar. Memang sehari saja tidak berangkat sekolah bersama Chenle rasanya sungguh aneh.



"Chan... tumben kau bersama Taro?"



Kedua anak yang sedang ditodong itu saling melempar pandang selama beberapa detik sebelum Sungchan mengambil inisiatif memulai kebohongan terbesar yang mungkin pernah ia buat seumur hidupnya.



"Ada yang ingin kukatakan padamu. Karena Chenle adalah sahabat terbaik yang kupunya, malaikat yang paling kusayangi, yang selalu kuutamakan ketimbang makhluk dari planet manapun-"



Shotaro terbatuk kecil.



Chenle kelihatan bingung.



"Mulai hari ini aku dan Shotaro pacaran."



"..." Chenle tidak mengubah ekspresi wajahnya.



"Ya kan, Sho-chan?"



'Sho-chan?!' Shotaro mengernyitkan hidung mendengarnya. Hanya ibunya yang memanggil ia dengan panggilan menggelikan itu sampai saat ini.



"Iya..." jawab Shotaro tanpa ada semangat di dalam nada suaranya.



Chenle menatap wajah Sungchan yang nyengir lebar sekilas, kemudian bergantian ke arah Shotaro yang sedikit tertunduk. "Oh, selamat ya."



Sebelum salah seorang dari pasangan tersebut menanggapi, Chenle keburu melarikan diri, bukannya masuk ke dalam kelas.



"Eh? Chenleee, kau mau ke mana?" Sungchan panik.



"Kejar dia," Shotaro hampir membentak.



Yang ia dapatkan hanyalah muka bingung Sungchan.



"Bodoh, kau benar-benar tidak peka. Chenle cemburu, tahu!"



Sungchan seperti terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia sudah hendak berlari tapi merasa sesuatu di tenggorokan seperti menahannya. Frasa dalam rencana yang harus ia ucapkan jika momen seperti ini tiba.



"Kalau begitu, kita putus!"



Setelah usai dengan dua patah kata yang tak bermakna, Sungchan berlari dalam kecepatan abnormal mengejar ke mana Chenle pergi. Shotaro menutup wajah dengan telapak tangan kirinya, ingin tertawa, "Semudah itu?"



. . .



Ini adalah kali pertama Shotaro menginjakkan kaki ke dalam ruangan klub dance tidak tepat waktu. Ia bisa melihat anggota yang lain sedang melakukan pendinginan. Ia hanya berdiri di depan pintu sembari memperhatikan mereka dengan serius.



Dance adalah salah satu hal yang paling menggairahkan bagi Shotaro. Sejak sebelum masuk ke SMA pun ia sudah mencari tahu banyak hal tentang klub ekstrakurikuler dance di sekolah ini, yang notabene klub paling populer di SMA seantero Korea Selatan. Tidak mudah menjadi anggota klub karena harus menjalani tes kemampuan dan orientasi. Beruntung Shotaro sempat bersekolah di sebuah dance school ternama, jadi ia sudah punya dasar yang kuat.



Setelah pemanasan dan pendinginan usai, Shotaro mendapati Lucas menghampirinya dengan wajah bertanya-tanya. "Shotaro? Tumben kau terlambat?"



Sang junior membungkukkan sedikit badannya. "Maaf, Sunbae. Aku lupa membawa sepatu latihan jadi aku pergi dulu untuk meminjamnya."



"Eh? Kau kan bisa meminjam punyaku?" Lucas memiringkan kepalanya.



"Aku tidak ingin terus menyusahkan Sunbae." Memang, Shotaro sering meminjam beberapa barang Lucas sewaktu ia masih anak bawang di klub ini, tapi lama-lama terus bergantung pada senior membuat Shotaro jengah akan dirinya sendiri yang bisanya hanya merepotkan dan menyusahkan orang lain.



"Tentu saja tidak." Lucas menepuk pundak Shotaro sambil tersenyum lembut. "Ya sudah kau pemanasan dulu sendiri, nanti baru kita mulai latihan inti."



"Oke." Shotaro tersenyum pahit melihat senyum Lucas hari ini. Ah, ia sungguh menyukai senior yang menurutnya paling istimewa itu, dan fakta bahwa ia tak berani menyampaikan perasaan yang sebenarnya membuat dadanya sesak dan ingin menangis saat itu juga. Tapi tidak, ia tak mau lagi terlihat seperti lelaki lemah seperti pada awal-awal waktu ia baru mengenal Lucas.



. . .



Keberuntungan akan berpihak pada anak-anak yang baik. Salah satunya, anak kelas 2-A berusia 17 tahun pemilik nama lengkap Osaki Shotaro yang kini tak yakin untuk masih mampu mengendalikan degup jantungnya selama beberapa saat ke depan.



Setelah selesai dengan latihan rutin, ia dan Lucas kembali menuju ruang klub berdua. Ya, hanya berdua. Itulah yang membuat lelaki yang lebih muda itu mendadak panas dingin, antara senang dan gugup. Sudah lama ia tidak berada dalam situasi yang sedikit menguji keberanian dan ketangguhan hati.



Lucas dan Shotaro berjalan diam dalam posisi depan belakang. Kondisi sekolah sudah sepi karena klub lain juga sudah menyelesaikan aktivitas masing-masing. Suara gemerincing dari gantungan kunci ruang klub yang melingkar di tangan Lucas menjadi satu-satunya penyumbang bising di antara mereka.



"Hm?" Lucas bergumam. Ia menghentikan langkah. Sepertinya ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Shotaro mendongak.



Remaja itu tercengang begitu mendapati Sungchan tengah tidur-tiduran dengan cuek di depan pintu ruang klubnya.



"Kenapa kau di sini?!" seru Shotaro seketika. Sungchan bangkit berdiri dengan cepat sambil nyengir, tidak mempedulikan blazer abu-abu dan kemeja putihnya yang sudah kusut.



"Menunggumu untuk pulang bersama," jawabnya tanpa dosa. Ia mengalihkan pandang ke arah Lucas dan membungkukkan badan sedikit. "Selamat sore, Sunbae."



"Oh, kelas berapa?" tanya Lucas sedikit basa-basi setelah mengangguk sembari melepas senyum kecil.



"Jung Sungchan, sekelas dengan Shotaro."



Lucas mengangguk-angguk lagi, "Kalian teman dekat?"



Setetes keringat dingin menetes ke kerah baju yang tengah dikenakan Shotaro. Seharusnya ia tak perlu mencemaskan pertanyaan itu tapi kenapa mendadak perasaannya jadi tidak enak begini?



Benar saja, sedetik kemudian Sungchan merangkul pundak Shotaro seolah si empunya sudah memberi izin.



"Kami pacaran." Jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya membentuk tanda peace.



Kelopak mata Shotaro terbuka melebar. Ia menoleh dengan kaget dan penuh tanda tanya pada Sungchan yang hanya menyunggingkan sebaris senyum misterius.



"Ah... begitu," respon Lucas. Ia melirik sekilas ke arah junior klubnya yang hanya diam. "Semua sudah selesai. Kalau kau mau pulang dulu tidak apa-apa, Shotaro."



"Tapi ini jadwalku membantu Sunbae beres-beres ruang klub," tolak Shotaro tegas. Ia berbalik ke arah Sungchan, melancarkan sebersit tatapan semi-tajam. "Kau pulang duluan saja."



Tapi bukan Jung Sungchan jika dia mau saja diatur oleh orang lain.



"Aku akan membantu kalau begitu."



Shotaro mengerutkan dahi. Sungchan benar-benar tidak peka. Padahal ini kan kesempatan langkanya untuk bisa berdua saja dengan senior favoritnya. Lagi pula dia yang bilang sendiri kalau mereka sudah putus? Kenapa sekarang ia datang lagi dan merecoki? Shotaro penasaran betul anak itu ada maunya lagi.



"Jika tidak keberatan? Terima kasih sebelumnya, Sungchan." Lucas memutar kunci sebelum membuka pintu dan menyuruh kedua adik kelasnya masuk.



"Tidak masalah, Sunbae."



Shotaro memicingkan mata curiga menangkap kegembiraan astral di wajah Sungchan.



. . .



"Rumah kalian searah?"



"Yup." Lagi-lagi Sungchan yang menjawab pertama dan mengendalikan situasi. Shotaro tidak habis pikir. Memangnya Sungchan tahu di mana rumahnya berada?



"Kalau begitu sampai jumpa, hati-hati."



Keduanya melambaikan tangan pada satu-satunya senior mereka sebelum berpisah di persimpangan.



"Jadi, apa ada yang ingin kau katakan?" tanya Shotaro mengawali interogasi.



"Tidak ada. Ayo pulang." Sungchan berusaha mengalihkan topik pembicaraan dan mulai beranjak dari tempat.



Sedangkan Shotaro memilih bergeming.



"Rumahmu ke arah mana?" tanya Sungchan.



"..." Shotaro masih diam di tempat, enggan bergerak maupun memberi jawaban.



Sungchan menghela nafas pelan. Ia berbalik kembali menuju tempat di mana Shotaro berdiri, melepas air mukanya yang sebelum ini menggambarkan ekspresi 'persetan' dengan ekspresi yang lebih ramah. "Kita bicara sambil jalan, oke?"



Akhirnya Shotaro mau dibujuk. Mereka melangkah pelan beriringan di malam yang sepi, padahal waktu baru menunjukkan pukul 20:19.



Sungchan membuka mulut, "Kita salah paham. Tadi pagi, kejadian di depan kelas 2-C itu, Chenle bukannya marah atau menangis apalagi cemburu saat kau suruh aku mengejarnya. Ternyata dia lari karena buru-buru mau ke toilet. Sudah begitu, ia memberiku selamat lagi."



"Hah?" Shotaro terperangah. Apa ia sedang dikerjai?



"Jadi, kita harus tetap pada rencana."



Shotaro merenung sebentar. Kelihatan sekali tidak ada gairah di sana.



"Carilah orang lain, sepertinya aku ingin keluar dari peran ini..."



"Tidak bisa," potong Sungchan cepat. "Chenle kan sudah tahu pacarku itu kau. Aku tidak mau dicap playboy yang suka berganti pacar setiap hari."



Sembari berusaha fokus menatap jalan yang remang-remang, Shotaro memijit pelan pelipisnya yang sedikit nyut-nyutan. Menyesal sudah ia mengiyakan permintaan teman dekatnya itu sejak awal.



"Kumohon?" pinta Sungchan tiba-tiba seperti anak kecil. Kedua tangannya ditangkupkan di depan wajah.



"Mungkin kalau kau membuat muka memelas seperti anak anjing aku akan membantumu?"



"Tentu saja tidak bisa, aku kan rusa."



Oke sepertinya Shotaro harus menyerah. Kedua kalinya ia tidak bisa menolak permintaan menyebalkan Sungchan. Siapa bilang menjadi tega itu mudah?



Shotaro menghentikan langkahnya di depan rumah sederhana berlantai dua dengan palang batu berukirkan 'Osaki' di samping gerbang berwarna cokelat muda.



"Di sini rumahku, kau mau mampir?"



"Sebenarnya mau tapi ini sudah malam. Besok-besok saja."



"Oke."



Sungchan nampaknya berniat menunggu sampai Shotaro masuk ke dalam rumah.



"Shotaro."



"Ya?"



"Terima kasih."



Dari balik gerbang rumahnya yang cukup tinggi, Shotaro berjinjit. Ia melepaskan sebuah senyuman lelah. "Sudah seharusnya kan? Sana pulang."



Sungchan memperhatikan sekeliling. Ternyata memang sepi sekali.



"Rumahmu di mana? Kau bisa berkelahi? Kadang ada beberapa orang gila mabuk di sekitar sini." Shotaro menyembunyikan tawa kecil, berusaha menakut-nakuti.



"Jangan meremehkanku. Aku lebih kuat dari manusia." Sungchan entah mengapa, masih belum juga beranjak dari tempatnya berdiri.



"Kenapa kau masih di situ?"



"Aku ingin memastikanmu selamat sampai masuk ke dalam rumah."



"Ini sudah."



"Kau baru melewati gerbang."



Ya sudahlah, lagi pula Shotaro capek. Ia ingin cepat mandi dan istirahat, maka diturutinya petuah Sungchan. Ia melambaikan tangan tanda perpisahan, "Bye bye."



Dibukanya pintu rumah secara perlahan, tidak terkunci. Lampu juga sudah menyala berarti ibunya sudah pulang.



"Tadaima*."



Suara televisi berisi berita gosip yang menyala dan samar riuh peralatan masak di dapur yang saling beradu menyambut kepulangannya serentak.



"Okaeri**, Sho-chan!" Plus teriakan ceria sang ibu dari dapur. Shotaro menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan lega. Ia melirik ke arah pintu, mendekatinya dan mencoba mengintip ke luar. Sungchan masih ada di sana. Shotaro berniat membuka pintu dan berniat akan membujuk anak itu masuk tapi ternyata Sungchan akhirnya melangkah pergi... menuju arah dari mana mereka datang tadi.



Jadi, untuk apa Sungchan repot-repot mengantarnya sampai rumah kalau arah pulang mereka tidak sama?



Shotaro menggigit bibir bawahnya. Ada perasaan yang asing menggelitik benaknya memikirkan kemungkinan apa saja yang sekiranya bisa membuat anak lelaki menyebalkan itu sengaja mengantarnya selamat sampai di rumah. Balas budi, kah? Permintaan maaf, kah? Apa? Apa alasannya? Apa karena Sungchan adalah tipe orang yang sulit menggunakan kata-kata untuk menyampaikan sesuatu jadi ia tidak membahasnya sama sekali? Aneh... tapi sudah biasa. Meskipun agak aneh dan pemaksa, Sungchan nyatanya pemilik hati yang baik.



. . .



Sudah direncanakan sejak semalam bahwa Shotaro akan menghindari gerbang depan agar tidak bertemu Sungchan terlalu pagi, tapi kali ini nasib baik tidak begitu berpihak padanya. Ia justru bertemu bocah titisan rusa itu di gerbang belakang, sedang bersama dengan Chenle. Sungchan melakukan adegan akting yang sama seperti kemarin, melingkarkan lengan dengan sok akrab pada pundaknya seraya berucap, "Selamat pagi, Sho-chan~."



"Ng... pagi," balas Shotaro lirih. Ia mengucek sebentar matanya yang masih sayu. Ia bangun kesiangan akibat menonton anime sampai dini hari.



"Pagi, Taro." Chenle memberinya senyum secerah matahari pagi.



Shotaro tidak bisa mengabaikan yang satu ini. Ia memberikan senyum terbaiknya sebelum membalas dengan salam yang sama, "Selamat pagi, Chenle."



"Mulai sekarang mungkin kita akan sering bertiga seperti ini, tidak apa-apa kan?" tanya Sungchan sembari memperhatikan jika ada yang berubah dari raut wajah Chenle. Dalam hatinya ia menjerit, 'Ayo cemburu!'



'Aku tidak enak hati berada di situasi seperti ini.' Shotaro benar-benar tidak nyaman dengan interaksi yang tengah mereka lakukan.



"Iya, aku tidak keberatan."



Jawaban sederhana Chenle membuat Shotaro ingin menepuk wajahnya. 'Dua anak ini...'



"Shotaro sudah kuanggap sahabat dekatku juga."



"Terima kasih, Chenle." Jeda sejenak. Apa ia benar-benar pantas mendapatkan kebaikan ini? Sungchan sungguh brengsek jika sampai ia menyakiti bocah malaikat di hadapannya ini. "Kau baik sekali."



"Tidak, kau kan pacar sahabatku."



"Tapi Chenle tetap yang paling utama buatku!" klaim Sungchan sembari menggenggam kedua tangan sahabatnya erat. Chenle menatapnya bingung dengan pipi yang memerah.



"Eh?"



Shotaro tergelak kecil, hampir tersedak menyaksikan Sungchan yang mendadak jadi tidak pintar berakting. Menurutnya, mereka adalah pasangan yang lucu sekali.



"Dasar kalian kan sama-sama su-"



Tangan Sungchan membungkam mulut Shotaro yang terbuka.



"Aku hanya bercanda kok, Sho-chan."



Shotaro menyipitkan mata dengan kesal sementara Sungchan membuat ekspresi aneh dengan wajahnya seolah-olah mengingatkan Shotaro untuk tidak membocorkan rencana mereka. Untungnya posisi Sungchan yang memunggungi Chenle membuat tingkah aneh mereka tidak dicurigai.



"Shotaro."



Yang dipanggil sontak menoleh ke pusat suara. Dihempaskan ke samping tangan Sungchan yang menutupi mulutnya.



"Lucas-sunbae, selamat pagi."



"Selamat pagi." Lucas membalas tak lupa disertai senyum ramahnya. "Hari ini kau dapat dispensasi mulai jam satu siang. Kita harus latihan dan bersiap untuk kompetisi besok."



"Terima kasih, Sunbae. Aku akan berusaha yang terbaik." Shotaro tersenyum lebar. Lucas menepuk kedua bahu sang junior dan menatap wajahnya dalam. "Aku percaya padamu."



Shotaro tenggelam dalam ruang hampa miliknya, yang kini tengah terisi olehnya dan Lucas. Titik di mana Lucas menyentuhnya di bahu masih terasa hangat. Dan wajah tegas namun lembut yang begitu dekat dengan miliknya tadi...



"Lucas-sunbae keren ya?" gumam Chenle.



"Ya," jawab Shotaro mantap dalam hitungan detik tanpa sadar, masih terpaku ke arah di mana Lucas pergi sebelum menghilang di balik tikungan koridor. Wajah pemuda itu memerah.



Sungchan yang mendengar dan melihat hal tersebut hanya bisa menaikkan sebelah alis. Ia merasa sedikit tidak suka. Sedikit. Ditariknya lengan Shotaro dengan agak lebih bertenaga sehingga kini mereka berdua berhadapan satu sama lain. Fokus Shotaro mulai goyah. Entah keinginan dari mana, Sungchan menangkup wajah Shotaro yang masih memerah dengan kedua telapak tangannya, mempertemukan tatapan mereka. Ia bahkan tidak tahu lagi yang dilakukannya ini akting atau bukan.



"Aku tidak suka kau mengalihkan pandanganmu dariku."



Shotaro tak bisa mengelak atau bahkan merespon. Wajah Sungchan lebih dekat dari wajah Lucas tadi. Ia bisa melihat jelas iris cokelat gelap milik manik bulat mata Sungchan yang segera menghapus lamunan tentang sang senior favorit dari kepala dalam sekejap. Ia bisa merasakan hembus nafas yang terburu-buru menerpa wajahnya. Sungchan seperti menahan emosi meski raut wajahnya tidak begitu jelas terbaca.



"...oke..." Shotaro menjawab pelan, jawaban yang ia juga tidak tahu asalnya dari otak, dari hati, atau dari lidah semata. Suhu di sekitar mereka memanas, tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu.



Suara bel masuk memecah kecanggungan di antara mereka. Sungchan melepaskan tangkupan telapak tangannya dari wajah Shotaro, hanya untuk menyelipkannya kembali jemari tangannya ke sela-sela jemari milik sang 'partner in crime' lalu menariknya pergi setelah melepas lambaian tangan sampai jumpa pada Chenle.



Shotaro menunduk. Wajahnya terasa panas jadi ia tidak mau mengangkat kepala. Tidak mau ada yang memergokinya menjadi udang rebus untuk sekarang. Genggaman tangan Sungchan begitu erat.



Keduanya tidak bicara sepanjang perjalanan menuju kelas, bahkan tautan lekat jemari mereka tak mampu menyambungkan apa yang ada di dalam isi hati satu sama lain.

🍀🍀🍀

* aku pulang
** selamat datang

この記事が気に入ったらサポートをしてみませんか?