見出し画像

だから僕が君のことを諦めた (That's Why I Gave Up On You)

⚠️ implied incest, non-con, psychological, trauma


🍀


Untuk yang kesekian kalinya Sungchan lagi-lagi menemukan kakak kembarnya selesai berkelahi di belakang sekolah. Beberapa goresan luka baru terbentuk di wajah manis yang sudah penuh dengan tembelan plester.



Dengan sedikit paksaan, Sungchan menarik lengan kakaknya keras karena yang bersangkutan sama sekali tidak mau beranjak dari sana, memilih berjongkok dengan raut wajah kesal. Entah siapa yang baru dia hajar, yang jelas ketika Sungchan sampai sudah tidak ada tanda-tanda makhluk lain di sana.



"Aku akan mengunci pintu rumah supaya kau tidak bisa masuk dan berakhir membeku di luar."



Ancaman Sungchan diabaikan oleh yang lebih tua. Dia tidak menyanggah maupun merespon, tetap teguh membisu dan memilih mencengkeram tali tas ranselnya kencang-kencang. Ada alasan kuat yang membuatnya tetap ingin hidup dan bertahan dari kejamnya dunia dengan cara berkelahi, melampiaskan seluruh beban dan emosi.



Dengan berat hati Sungchan melepas tarikannya pada lengan Shotaro, namun tidak bermaksud menyerah. Ia menghembuskan nafas perlahan sambil berpikir jernih. Shotaro adalah sosok yang keras kepala, penyendiri, dan segan untuk mengatakan sepatah kata pun jika punya masalah. Namun Sungchan tahu. Ia selalu tahu jika kakak kembarnya tengah menanggung kemelut. Mereka sudah hidup bersama sejak dilahirkan. Perasaannya terhubung dengan perasaan Shotaro.



"Ayo kita pulang," ajaknya lembut.



Shotaro bergeming, membuang pandangan ke arah rumput yang mulai mengering oleh panasnya udara awal musim panas.



"Kak Taro, sebentar lagi malam. Kita harus pulang dan mengobati luka-lukamu."



Sungchan kembali mencoba, menggunakan nada sehalus yang ia bisa, melemahkan pertahanan diri Shotaro hingga anak berambut hitam kecoklatan itu berusaha berdiri, mungkin sudah menyerah?



"Aku akan pulang duluan. Kau hanya boleh menyusulku setelah 30 menit."



'Syarat yang aneh,' batin Sungchan, tetapi ia pun mengiyakan. Dirinya percaya Shotaro tidak akan kabur ke tempat lain dan langsung kembali ke rumah.



Setelah Sungchan setuju, Shotaro segera angkat kaki dan setengah berlari menuju jalan yang akan membawanya pulang ke rumah mereka yang sepi. Dalam perjalanannya, ia terus merapal doa agar segera sampai. Langit jingga di belakang punggungnya menandakan peralihan siang ke malam. Sebentar lagi gelap akan menguasai dunia.



Shotaro takut dengan kegelapan.



Bocah remaja itu menarik nafas lega ketika pagar rumahnya terlihat dari kejauhan. Ia berlari dan berlari, terus menambah kecepatan. Pintu pagar diraih. Sebuah kunci yang tersembunyi di bawah pot segera ia ambil untuk membuka pintu rumah. Hanya gelap yang ia temui.



Bulu-bulu halus di belakang tengkuknya meremang.



Setelah melepas sepatu, Shotaro menyalakan seluruh lampu yang ada di area rumah. Ekor matanya melirik ke sudut ruangan, tempat jam dinding keluarga berada. Ia tidak ingat berapa lama waktu yang digunakan dari sekolah sampai ke sini.



Maka dari itu Shotaro bergegas naik ke lantai dua, memasuki kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Tirai jendela ditarik rapat, menutupi pemandangan ufuk barat di mana mentari telah tenggelam sepenuhnya. Tas sekolah dilempar sembarangan sebelum dia memilih diam menyusut di sudut kamar, kepala tenggelam di antara kedua lengan dan lutut yang tertekuk.



Shotaro tidak peduli lagi ketika kenop pintu kamarnya bergerak-gerak memutar. Ia tahu, meski telah menguncinya tapi hal itu tidak akan dapat menghentikan sosok itu. Sosok yang sangat ia takuti.



Sosok yang hanya muncul ketika malam datang.



Benar saja, meski tanpa paksaan, pintu kamarnya pun pada akhirnya terbuka. Entah Shotaro tidak tahu bagaimana caranya.



"Apapun yang terjadi, apapun yang kau lakukan, di manapun kau bersembunyi, aku akan tetap bisa menemukanmu, Kak Taro."



Sungchan muncul di balik pintu seraya mengulas senyum tipis. Sebuah kunci serep tergantung di jemarinya. Ia meletakkan tasnya dengan pelan di atas meja, kemudian melangkah ringan menghampiri Shotaro, mengelus-elus rambutnya yang halus sesaat sebelum menarik lengannya dalam satu sentakan keras.



"Sung-"



Saudara kembar fraternalnya dibanting kasar ke permukaan tempat tidur. Sungchan berpindah ke atas, menekan dua lengan Shotaro agar tidak memberontak. Paras tampan yang nampak lembut itu dalam hitungan detik berubah menjadi dingin dan menyeramkan.



Shotaro tidak menyerah dan terus mencoba untuk memberontak. Sungchan naik menindih pahanya. Satu tangan berpindah menuju pangkal dasi milik Shotaro, menariknya kencang, tidak peduli bagaimana kakak kembarnya tercekik dan terbatuk-batuk.



"S-Sungchan-"



Jemari ramping Sungchan membelai tiap bekas luka di wajah Shotaro. Iris matanya menggelap, "Tidak ada yang boleh menyakitimu selain aku..."



Air mata Shotaro mengalir, membasahi lukanya yang masih basah. Sambil menahan rasa perih, terus terisak. Tapi Sungchan tidak mau berhenti. Dengan kekuatan yang datang entah dari mana, si kembar bungsu menarik tubuh kakaknya ke ujung bawah ranjang, mencopot seluruh kain yang melekat di tubuh itu dengan paksa hingga tak bersisa.



Tubuh Shotaro gemetar ketika kuku-kuku Sungchan terbenam di garis pinggangnya.



Mimpi buruk yang panjang ini baru akan dimulai. Biarpun seharusnya ia sudah terbiasa dengan perlakuan Sungchan, secara realita tidak akan ada orang sehat akal yang mau terbiasa dengan hal seburuk itu.



Shotaro menggigit bibir kasar, memasrahkan semuanya. Ia membuang muka ke samping, menemukan sebingkai foto keluarga di atas meja belajar. Permukaan bola matanya mengembun. Ia menyesali takdir tragis yang telah merenggut nyawa kedua orangtua mereka.



Dan membuat Sungchan jadi gila.


🍀🍀🍀

この記事が気に入ったらサポートをしてみませんか?