12321
genre: sci-fi, friendship, semi-canon?
silakan pakai imajinasi kalian untuk membayangkan 😌😂
🍀
「Hei, Sungchan!」
「Hey, Bro!」
「Kau mendengarku?」
Sungchan mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali, mencoba membiasakan matanya dengan blitz kamera. Ketika fotografer mengarahkan gaya, ia mengikuti dengan sedikit canggung.
Pemotretan pertamanya untuk pengumuman debut.
「Jangan... jangan oh gugup, Sungchan!」
Sungchan hampir tertawa mendengar suara anak lelaki yang masih belum lancar berbicara bahasa asing tersebut. Urat wajahnya yang sempat kaku jadi tak begitu tegang lagi.
Fotografer memberi isyarat pada Sungchan untuk istirahat. Ia membawa hasil fotonya pada member terbaru NCT. Anak lelaki berusia 19 tahun itu menatap lega pada potret dirinya yang berhasil berpose dengan baik. Di samping kanannya, terdapat seorang pemuda yang berpose tak kalah keren darinya. "Ini keren."
「Aku kelihatan keren!」
"Ya, kau kelihatan keren, Shotaro-hyung," puji Sungchan sambil tersenyum kecil, menatap sebentar sisi kanannya yang kosong. Kelopak matanya meneduh. Kemudian ia melirik ke sebuah benda yang terpasang di depan lensa panjang kamera. Benda bulat yang mirip seperti lensa cembung itulah tempat di mana Shotaro 'menetap'. Namanya 'hisphere'. "Bagaimana kau bisa melihat hasil fotonya? Apa sistemmu terhubung langsung dengan lensa kamera?"
「Ya. Tapi aku juga bisa melihat melalui earpiece yang kau pakai.」
Sungchan menyentuh sebentar earpiece wireless hitam yang terpasang di telinga kirinya. Earpiece tersebut terhubung dengan 'hisphere', satu-satunya alat komunikasi yang menghubungkan dirinya dengan Shotaro.
Setelah pemotretan selesai, Sungchan berganti pakaian sebelum membungkuk dan mengucapkan terima kasih pada semua staff yang bertugas. Setelah memakai topi, masker, dan mengeratkan jaketnya, ia berjalan dengan cepat ke dorm.
Earpiece masih terpasang di telinga ketika Sungchan memutuskan mampir untuk membeli sesuatu.
"Shotaro-hyung, kau di sana?"
「Yup. Aku selalu di sini.」
Sungchan menghela nafas lega. Pasalnya ia sudah menyimpan hisphere di dalam tasnya, dalam kotak aman secara hati-hati. Biasanya ia selalu menyimpan hisphere bersama dengan earpiecenya, jadi ia tidak tahu kalau earpiece bisa bekerja sendiri tanpa hisphere harus diaktifkan. Tahu begini kan sejak awal ia bisa memakai earpiece sambil jalan-jalan, mendengarkan suara Shotaro yang lembut dan bahasa Korea-nya yang masih belum lancar. Itu selalu membuatnya merasa hangat dan rileks.
"Aku ingin beli chicken."
「Chicken? Enak! Beli yang asin!」
Sebuah tawa kecil lepas.
"Memangnya kau pernah makan?"
「Aku akan ikut merasakannya lewat mulut Sungchan.」
"Hyung, kau tahu? Caramu memilih kata-kata itu terdengar agak... err..."
「Apa? Apa? Aku tidak mengerti... bahasa Korea-ku masih jelek-」
Sungchan bisa membayangkan wajah Shotaro yang kebingungan. Dan itu sangat lucu.
"Lupakan. Oke, aku akan beli chicken yang asin."
Sungchan bersenandung kecil sambil memasuki toko ayam goreng langganannya.
. . .
Kamar dorm yang agak sempit dan gelap itu hanya ditempati Sungchan seorang diri. Tidak masalah, ada manajer yang sering datang. Ia tidak akan kesepian. Lagi pula ada Shotaro.
Ralat, yang terpenting ada Shotaro.
Setelah mandi dan menempatkan diri di kasurnya, Sungchan melirik pada kotak aman tempat hisphere dan earpiecenya disimpan. Ia membukanya hati-hati, memegang hisphere berdiameter 7,5 senti dan tebal 1,5 senti itu dengan hati-hati, mengangkatnya ke lampu kamar yang masih menyala terang.
Sungchan terkagum-kagum pada kemajuan teknologi mutakhir yang semakin berkembang pesat. Benda serupa lensa cembung yang ia pegang, jika orang awam yang melihatnya pasti tak akan ada yang tertarik. Tak nampak istimewa. Berbeda jika itu Sungchan, karena benda bening itu adalah separuh jiwanya, tempat tinggal sebuah eksistensi? yang amat berharga.
Disimpannya kembali hisphere ke tempatnya. Ia menguap, kemudian memasang earpiece ke telinga kiri, seperti biasa.
"Shotaro-hyung?"
「Ayo tidur. Kau sudah sangat ngantuk dan lelah.」
Senyum kecil terpatri di bibir Sungchan. Shotaro selalu tahu segalanya. Bukan hanya apa yang sedang ia lakukan, tetapi juga apa yang ada di dalam pikiran hingga apa yang ia rasakan dalam benaknya. Kalau dipikir-pikir lagi, itu sebenarnya terdengar mengerikan.
Shotaro seperti mesin pendeteksi yang tak berwujud. Shotaro ibarat robot. Mesin canggih yang tak bisa disentuh. Tapi dia ada.
Setidaknya itulah yang Sungchan yakini. Sejauh ini ia belum seratus persen paham APA itu Shotaro, partnernya. Tapi semenjak ia hadir ke dalam hidupnya, rasa cemas yang kerap melanda lenyap secara perlahan, tergantikan oleh senyum.
"Selamat tidur, Hyung."
「Selamat tidur, Sungchan.」
. . .
Shotaro adalah sebuah substansi yang diberikan oleh perusahaan untuk mengobati rasa kesepian serta diharap bisa mengurangi rasa tertekan yang Sungchan dapat dari publik saat pengumuman debut nanti.
Setiap anggota yang baru debut di sebuah grup idola sebesar NCT pasti akan mendapat tekanan dari berbagai pihak, dan jumlahnya akan semakin banyak dari waktu ke waktu. Hal semacam itu tidak bisa dihindari, terlebih kali ini Sungchan harus debut tanpa teman.
Ketika petinggi SM mengumumkan debutnya beberapa minggu lalu, Sungchan tidak bisa berhenti tersenyum. Ia menelepon keluarganya sambil berlinang air mata di sudut ruang latihan para trainee. Pada akhirnya kerja kerasnya dapat terbayar sedikit demi sedikit.
Namun kebahagiaannya harus sedikit terganggu ketika ia bertanya perihal trainee lain yang akan melakukan debut dengannya. Ia tidak mendapat jawaban yang diinginkan.
Sungchan harus debut sendiri.
Saat itu, tekanan yang didapat olehnya lebih berat dari yang pernah ia alami sebelumnya.
Sesudah berkonsultasi, staff SM berkata akan mengabarinya lagi dalam beberapa hari. Masih ada waktu beberapa bulan sebelum projek besar NCT 2020 yang sekaligus perkenalan anggota baru dimulai. Ia sungguh excited, dan sedikit takut. Sebelum tidur ia terus berharap bahwa SM akan mendebutkan setidaknya satu trainee lagi bersamanya.
Beberapa hari kemudian harapannya terjawab.
Mereka memperkenalkannya pada teknologi gabungan dari AI* dan AR** yang diciptakan dari sebuah perusahaan IT Jepang ternama. Teknologi ini masih dalam percobaan, tetapi SM nampaknya membayar mahal untuk mendapatkan pengalaman memakai teknologi ini untuk pertama kali.
"Duduklah di sana."
Sungchan mengangguk dan duduk di sebuah sofa sendirian. Seorang staff memberinya sebuah earpiece yang mirip bluetooth headset, dan menyuruhnya memasang benda itu ke telinga kirinya. Ia tak mendengar apapun.
Seorang staff menyalakan kamera dan menyorot Sungchan yang duduk di atas sofa. Anak itu bisa melihat dirinya lewat layar lebar televisi yang terpasang di belakang sang kameramen. Ia masih belum mengerti.
"Ini hisphere. Dia akan mempertemukanmu dengan 'temanmu'."
Sungchan mengerutkan dahi saat staff memperlihatkan sebuah benda mirip kaca cembung padanya. Isi otaknya penuh dengan tanda tanya. Dengan seksama ia memperhatikan bagaimana staff tersebut dibantu kameramen memasang benda yang disebut 'hisphere' itu ke depan lensa kamera hingga selesai.
"Tidak ada apa-apa," gumam Sungchan.
「Selamat siang.」
Sungchan hampir melompat kaget ketika mendengar suara seorang anak laki-laki dengan logat asing di telinga kirinya. Suara itu datang dari dalam earpiece. "Ini suara siapa?"
"Coba lihat ke layar televisi, Sungchan."
Fokusnya dialihkan ke objek yang dimaksud. Kedua mata pemuda itu melebar takjub. Ia mendapati seorang anak laki-laki bersweater biru navy sedang duduk di sampingnya. Seorang anak berambut cokelat terang dengan eye smile, pipi yang penuh, serta senyuman yang lebar.
「Halo, namaku Osaki Shotaro.」
Anak laki-laki Jepang berwajah imut.
Ketika Sungchan masih mematung memandang layar televisi saking takjubnya, staff SM berdeham, mencoba mengambil alih atensi. Pemuda bermarga Jung itu berjengit, dengan refleks menatap ke sisi sofa di sebelah kanannya. Kosong.
Shotaro hanya bisa terlihat di layar kaca. Ah, itu membuatnya sedikit kesal. Coba saja dia nyata.
Tunggu, apa dia sepenuhnya tidak nyata? Terprogram semuanya?
「Salam kenal, Jung Sungchan. Panggil aku Shotaro. Umurku sebentar lagi 20.」
Suara itu tidak terdengar sekaku robot terjemahan. Saat mendengarnya sambil memejamkan mata, seolah-olah Sungchan bisa benar-benar merasakan kehadiran seseorang di sampingnya.
Meski hal ini merupakan sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya, namun Sungchan sangat bersyukur dan berterimakasih.
Tatapannya kembali dialihkan ke layar televisi di mana ia bisa mengamati sosok Shotaro sepenuh hati.
"Salam kenal, Shotaro-hyung. Ayo kita berjuang bersama-sama mulai sekarang!"
Shotaro di layar kaca mengangguk dan memberi tanda 'oke' dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya yang menyatu.
Detik itu juga, Sungchan merasakan ruang di hatinya menjadi jauh lebih lapang dan ia bisa menghirup nafas lebih dalam. Tidak apa-apa, dirinya yakin selama ada Shotaro ia bisa melalui semuanya dengan baik. Mereka akan melewati semuanya dengan baik.
Bersama.
🍀🍀🍀
* Artificial Intelligence
** Augmented Reality
この記事が気に入ったらサポートをしてみませんか?