悪魔との契約 (A Deal With The Devil)
genre: friendship, romance, supernatural, unrequited love
side pair: renyang, one-sided yangtaro
maaf kalo ooc yaw 🙏😋
🍀
Shotaro dengan cepat menemukan Sungchan yang baru saja keluar dari kafetaria. Dengan satu tarikan kuat, ia menangkap lengan lelaki tinggi berambut hitam yang lebih muda satu tahun darinya itu, membawanya ke pinggiran bangunan yang sepi. Ketika tidak ada seorang pun di radius sepuluh meter dari mereka, Shotaro mengeluarkan secarik foto pemuda berwajah cantik memakai kemeja hitam-putih bermotif kotak-kotak dari kantung celananya, "Bunuh dia."
Sungchan menerima foto itu, mengamati sekilas, "Siapa dia?"
"Huang Renjun."
"Siapa?" tanya Sungchan lagi, kali ini mengangkat wajah hanya untuk menemukan raut kesal sang lawan bicara.
"Jangan banyak tanya. Aku tidak mau Yangyang terus-terusan mengabaikanku gara-gara dia!"
Pemuda rambut hitam tersebut mengangguk-angguk, entah karena ia benar-benar memahami atau ingin menghindari adanya cekcok lebih lanjut. Ia bisa membaca dengan mudah bagaimana Shotaro sedang dalam mood yang sangat buruk. Manusia manapun pasti ingin segera kabur jika berpapasan dengan wajah lucu namun mematikan itu.
"Jadi kau cemburu, huh?" Kecuali bahwa Sungchan bukan semata-mata 'manusia' seperti orang lain pada umumnya jadi ia memilih untuk sengaja bermain-main dengan Shotaro yang kini tengah menahan emosi dengan kedua lengan terlipat di depan dada.
"Berapa aku harus membayarmu?"
"Tergantung bagaimana kau ingin dia mati. Kenapa kau selalu lupa caranya bertransaksi denganku?" Kali ini keadaan berbalik, raut kesal berpindah ke pemuda satunya.
Lima menit Shotaro gunakan untuk berpikir serius.
"Kecelakaan," gumam yang lebih tua, sebelum melanjutkan, "...tersengat listrik, tiga hari dari sekarang."
"Tiga hari dari sekarang? Kenapa tidak hari ini saja?"
"Terserah aku!" seru sang senior dengan nada tinggi, memancing perhatian dari mahasiswa dan mahasiswi lain yang kebetulan saja lewat di dekat mereka.
Sembari menahan tawa, Sungchan menarik Shotaro ke sudut yang lebih sepi lagi. Ia menarik nafas panjang, mencondongkan wajahnya pada telinga sang klien dan berbisik, "Lalu, metode pembayarannya... 5 bulan sisa umurmu atau... bercinta denganku."
Terdengar suara decakkan lidah yang seolah mengejek. "Ck. Kau tahu kan aku selalu menggunakan metode pembayaran yang sama?"
"Kau yakin? Bukankah bercinta denganku adalah metode pembayaran paling mudah dan efisien?" Wajah sombong dan nakal Sungchan yang dibuat-buat nyaris membuat telapak tangan sang lawan terkepal untuk memukulnya.
"Berapa jumlah umurku yang tersisa?"
Sungchan diam. Ia memfokuskan sorot mata beriris cokelat miliknya pada titik di tengah dahi Shotaro. Yang diperhatikan bergeming, meski ia merasakan getaran dingin yang aneh di belakang lehernya.
"Ya," respon Sungchan tak lama kemudian. "Aku tak bisa mengatakannya."
"Tapi masih cukup untuk membayarmu kan?" Manusia di hadapannya benar-benar sulit dipahami. Baru kali ini Sungchan bertemu dengan orang yang lebih mengkhawatirkan bagaimana ia tidak bisa membayar iblis untuk membunuh orang lain ketimbang mengkhawatirkan sisa waktu hidupnya di dunia.
"Itu..."
Tak kunjung ada jawaban jelas yang keluar dari mulut Sungchan, Shotaro menampar pelan lengannya. "Hei, aku mulai curiga padam-"
"Baiklah, tiga hari lagi. Sampai jumpa, aku ada kelas." Sungchan mendadak memotong ucapan pemuda berambut kecoklatan itu, mencondongkan kepalanya ke depan dengan cepat, meraih sudut mulut Shotaro yang mengerucut kesal dalam sebuah ciuman singkat, lantas berlari pergi dengan tergesa.
. . .
Jung Sungchan, mahasiswa tingkat 1 Ilmu Sosiologi, bukan sepenuhnya manusia. Di dalam tubuh normal itu tersimpan jiwa sesosok pangeran iblis. Ia bisa mengabulkan semua permintaan jahat manusia yang membuat kontrak dengannya. Dalam hal ini, dia telah mengikat kontrak dengan seorang pemuda berkebangsaan Jepang bernama Osaki Shotaro, mahasiswa tingkat 2 dari prodi yang sama yang telah membantunya lepas dari segel kutukan satu tahun lalu.
Sungchan adalah pangeran iblis yang dikutuk dan disegel di salah satu sudut Bumi. Sampai Shotaro tanpa sengaja menemukannya dan membantunya bebas. Mereka membuat kontrak. Shotaro selalu meminta Sungchan untuk menyingkirkan orang-orang yang mendekati Yangyang-sahabat dekatnya yang ia sukai-sementara Sungchan meminta pemuda manis itu untuk menjadi kekasihnya sebagai bayaran awal, syarat yang aneh memang.
Tadinya Shotaro pikir dengan menjadi kekasih Sungchan sudah membayar semuanya. Faktanya, selalu ada transaksi lain yang harus diselesaikan setiap kali ia mengajukan permintaan. Sungchan akan melakukan semua yang Shotaro perintahkan dengan bayaran sepadan: mengambil sisa umur atau bercinta dengannya.
Terdengar konyol, tetapi Shotaro selalu serius dengan keputusannya. Seolah membuang umur sama saja dengan membuang uang yang bisa dicari lagi jika sudah habis...
Ia tak pernah mengambil opsi bercinta dengan iblis, karena dengan itu artinya Shotaro menyerahkan dan mengikat seluruh hidupnya kepada Sungchan. Ya, manusia akan ikut berubah menjadi iblis jika bercinta dengan kaum mereka.
"Apa kau tidak pernah cemburu?" tanya Shotaro tiba-tiba, di tengah kebosanan. Ia sedang menemani Sungchan mengerjakan tugas di kafe dekat kampus, mengambil tempat duduk terjauh dari keramaian. Meja mereka sedikit ramai oleh keranjang french fries, beef burger yang setengahnya belum habis-milik Sungchan, serta dua gelas teh susu.
"Memang kenapa kalau aku tidak cemburu?"
Reaksi Sungchan begitu enteng, tidak seperti yang Shotaro bayangkan. Bahkan kedua manik mata di hadapannya tetap fokus pada layar laptop ketika diajak bicara.
Shotaro mendengus pelan, meraih gelas teh susu berisi boba miliknya dan menyedot kuat-kuat hingga terdengar bunyi seruput. Pipinya menggembung dengan isi yang penuh, menelannya pelan-pelan.
"Bukankah aku pacarmu?" tegas si anak lelaki Jepang, menekankan.
Sungchan urung mengetikkan kata-kata yang terangkai di otaknya ke dalam worksheet di monitor. Ia meluruskan punggung lantas mengangkat wajahnya ke depan, memberi tatapan jenaka.
"Ini pertama kali kau menyebut dirimu sebagai pacarku."
"Ya... kan kita kan sudah sama-sama tahu jadi untuk apa menyebutnya setiap saat?" Shotaro melengos, menyembunyikan wajah meronanya dari tatapan menggoda sang kekasih.
"Kembali ke pertanyaanmu. Aku adalah iblis. Apa kau pikir aku punya hati?"
"Ragamu masih manusia, tentu saja masih ada hati di sini." Shotaro melompat ke samping untuk mencubit perut bagian kanan Sungchan, membuat sang empunya tergelak kecil. Yang lebih tua menyeringai, " Lihat, kau bahkan masih bisa tertawa."
"Bukan hati itu yang kumaksud..."
Tentu saja bukan itu, Shotaro menggerutu dalam hati. Ia merasa terkadang Sungchan begitu polos dan bodoh. Bahkan sejujurnya, kekasihnya itu sama sekali tidak cocok menjadi iblis. Meski selalu diliputi rasa penasaran sejak lama, ia tidak pernah bertanya tentang asal usul Sungchan. Apakah Sungchan dulunya malaikat yang dikutuk menjadi iblis? Itu bisa saja terjadi, kan?
Sungchan memiliki wajah tampan yang teduh-itulah mengapa banyak yang menjulukinya malaikat, terkenal mempunyai reputasi yang sangat baik di kalangan mahasiswa, dosen, bahkan manusia-manusia lain. Ia suka membantu dan menolong siapapun yang kesusahan tanpa pandang bulu. Memangnya ada iblis yang seperti itu? Ataukah itu semua hanya kamuflase?
Shotaro menggelengkan kepala pelan. Tapi dengannya pun, Sungchan tidak pernah berlaku selayaknya iblis. Kenapa? Sungchan tidak pernah melakukan hal yang jahat padanya, bahkan ketika ia tahu bahwa Shotaro lebih mencintai Yangyang ketimbang dirinya. Apa benar karena iblis tidak mempunyai hati? Atau Sungchan pun menganggap hubungan mereka hanya semacam permainan?
Begitu banyak pertanyaan berkumpul di kepala Shotaro.
"Siapa yang lebih kau cintai? Aku atau Yangyang-hyung?"
Pertanyaan yang muncul secara tak diduga itu menyadarkan Shotaro dari kekalutan pikirannya. Ia berkedip dua kali sebelum menjawab enteng.
"Tentu saja Yangyang. Apa kau tahu? Aku pernah bercinta dengannya."
Sungchan tidak menampilkan ekspresi apapun selama beberapa detik, sebelum ia tergelak pelan... yang kemudian berubah menjadi tawa geli dalam hitungan detik, "Melihat sisa umurmu saja aku bisa apalagi melihat kebohongan murahan seperti itu?"
Pucuk daun telinga Shotaro memerah. Ia menyingkirkan pandangannya ke jendela di samping meja mereka untuk menghindari rasa malu, memperhatikan hujan rintik-rintik yang turun membasahi kaca.
"Lagi pula Yangyang-hyung hanya menganggapmu sahabat, menyerah saja."
"..."
Tidak ada respon. Perhatian Shotaro masih tenggelam bersama suara hujan.
"Hiduplah bersamaku selamanya-"
Ketika Shotaro menoleh dengan terkejut, ia tersedot oleh lensa mata Sungchan yang begitu jernih, begitu murni dan penuh kesungguhan. Siapa yang menyangka jika pemuda di depannya adalah iblis...
"-di neraka."
Baiklah, dia memang iblis.
"Sialaaan!!" Shotaro memukulkan keranjang french fries yang sudah kosong berkali-kali pada punggung Sungchan, berusaha mengusir seringai pada paras tampan yang kini berubah menjadi senyum ejekan.
. . .
Di hari eksekusi Huang Renjun, Shotaro muncul di depan pintu apartemen Sungchan dengan badan basah kuyup dan menggigil. Hujan tidak berhenti sejak pagi sampai malam, membuat Sungchan sedikit bingung untuk menentukan waktu pelaksanaan.
Pemuda tinggi itu sudah memakai jas hujan berwarna hitamnya, hendak beranjak dari unit apartemen sederhananya dalam hitungan menit saat Shotaro datang dan mendorongnya kembali ke dalam ruangan yang gelap. Bunyi petir serta deru angin bertiup kencang di balik punggung seniornya yang gemetar.
"Aku ingin membatalkan perjanjian terakhir kita!"
Dahi Sungchan berkerut. Shotaro tidak pernah membatalkan perjanjian sebelumnya. Dan lagi, bukankah seharusnya ia sedang berkencan dengan Yangyang sekarang?
Apa yang terjadi?
Sungchan maju selangkah, tapi Shotaro mendorongnya lagi ke belakang dengan lebih keras, "AKU TIDAK INGIN YANGYANG BERSEDIH GARA-GARA RENJUN MENINGGAL!"
Denging vokal yang keras dan bergetar memenuhi dinding tipis yang sempit, bersaing dengan gertakan petir yang semakin kuat.
"Shotaro-"
"BAHKAN KAU YANG MERUPAKAN IBLIS PUN TIDAK PERNAH SEEGOIS DIRIKU!" Wajah Shotaro yang basah kuyup oleh hujan dan air mata nampak begitu menyedihkan. Entah perasaan apa yang mendominasi di sana. Kesedihan? Amarah? Keputusasaan? Sungchan tidak mampu menyimpulkannya.
"Dengar-"
"BATALKAN SEKARANG!"
Sungchan menghela nafas panjang dan lelah. Ia mundur dan mendudukan diri di samping tempat tidurnya dengan tenang sebelum melepas jas hujan hitam panjang yang ia kenakan, lalu menorehkan senyuman tipis, "Mau kau memaksa pun, aku harus bicara terus terang. Sisa umurmu tidak cukup untuk membayar penalti."
"Bohong..." elak Shotaro dengan suara yang goyah, seakan-akan untuk pertama kalinya ia peduli pada nyawanya sendiri. "Berapa lama lagi aku akan hidup? Satu bulan? Dua minggu? Tiga hari?!"
"Maaf, Shotaro-hyung."
"Ini pertama kalinya kau menolakku..."
Telapak tangan Shotaro terkepal. Ada urat kehijauan yang menonjol dari permukaan bawah lengannya yang memucat oleh udara dingin. Ia merasa begitu tidak berdaya, begitu kesal.
Menyesal.
Kencan hari ini dengan Yangyang tidak berjalan lancar. Bukan karena mereka berdua cekcok atau bertengkar tapi Yangyang terus berbicara tanpa henti tentang Renjun-bagaimana pemuda itu bisa membuat sahabatnya tersenyum gembira serta memperlihatkan wajah bahagia yang belum pernah Shotaro lihat selama ini-tetapi bukan itu yang membuat Shotaro kesal dan menyesal. Karena sepanjang hari, meskipun Yangyang selalu berada di depan mata, hanya ada Sungchan yang memenuhi pikirannya.
Shotaro memang cemburu pada Renjun yang lebih bisa membahagiakan Yangyang ketimbang dirinya, tetapi ia lebih cemburu pada Sungchan yang tidak memiliki rasa cemburu dan tidak akan bisa merasa sakit meskipun orang yang dia cintai mencintai orang lain. Ia murka saat menyadari siapa yang justru memiliki hati seperti iblis. Bukan Sungchan, tapi dirinya sendiri. Karena itu ia harus menyelamatkan Renjun dari iblis di dalam dirinya, demi Yangyang.
Shotaro berjalan mendekati Sungchan, mengusap air yang berkumpul di wajahnya dengan lengan tangan, mencoba memasang wajah berani. "Kau pikir bisa membodohiku, hah? Masih ada metode pembayaran lain, bukan?!"
Kedua bola mata Sungchan melebar ketika Shotaro memilih untuk memasang wajah sombong, mencengkeram kerah bajunya kuat, dan menantangnya dengan nada sengit.
"Ayo kita bercinta."
Sungchan menutup mulutnya dengan punggung tangan, agaknya terpesona dengan keberanian sang kekasih. Manusia muda yang naif itu serius ingin mengubah dirinya menjadi iblis hanya karena tidak ingin orang yang ia cintai bersedih?
Menggemaskan sekaligus menyedihkan.
"Bersikaplah manis padaku, Hyung. Mungkin aku akan mengabulkannya."
Cengkeraman tangan Shotaro pada kerah Sungchan mengendur. Anak yang lebih tua merosot jatuh dalam posisi berlutut. Jemari dingin Sungchan menyentuh dagunya. Satu jari mengusap bibir Shotaro yang lembab dan memaksa masuk melalui celah mulut yang sedikit terbuka, bermain-main sebentar dengan lidah yang pasif. Dengan jari yang lain, Sungchan mengangkat wajah Shotaro yang memerah dan putus asa.
Kilatan samar cahaya crimson muncul di pantulan kedua lensa mata Sungchan. Lelaki iblis bermuka innocent itu tersenyum lembut sebelum menarik keluar jari telunjuknya dari mulut Shotaro, menjilat saliva hangat sang kekasih yang berlumuran seolah menyicip hidangan pembuka sebelum masuk ke hidangan utama.
"Shotaro-hyung terlalu mencintai Yangyang-hyung, aku sangat cemburu."
🍀🍀🍀
この記事が気に入ったらサポートをしてみませんか?